info@politeknikaceh.ac.id

Menuju Kepemimpinan Visioner Politeknik Aceh 2025–2029

Ketua Satuan Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Politeknik Aceh

Senat Politeknik Aceh baru saja menuntaskan sebuah tahapan penting dalam perjalanan institusi, yaitu menetapkan dua calon Direktur Politeknik Aceh periode 2025–2029. Proses ini tidak hanya sebatas pemenuhan amanah Tata Pamong, tetapi juga menjadi momentum refleksi tentang bagaimana kita menyiapkan sosok pemimpin visioner yang mampu membawa Politeknik Aceh menuju arah yang lebih maju.

Sebagai Ketua Satuan Penjaminan Mutu Internal (SPMI), saya memandang bahwa proses seleksi ini memiliki arti lebih dalam daripada sekadar prosedur administratif. Melalui survei internal, muncul empat nama dosen dengan dukungan tertinggi, yaitu Fitriady, Ardian, Safwan, dan Rismadi. Namun setelah penilaian menyeluruh terhadap kelengkapan persyaratan, hanya dua nama—Fitriady dan Ardian—yang dinyatakan memenuhi seluruh kriteria, mulai dari pengalaman mengajar, kompetensi manajerial, hingga kualifikasi akademik.

Keputusan ini menyiratkan pesan penting bahwa seorang pemimpin perguruan tinggi bukan hanya memenuhi persyaratan administratif, tetapi harus memiliki integritas, kapasitas manajerial, serta visi yang jelas. Sosok yang mampu menjadi penggerak perubahan, menjaga mutu pendidikan, dan menjawab tantangan zaman.

Senat juga menegaskan bahwa masa jabatan Direktur sebelumnya, Dr. Hilmi, S.E., M.Si, tidak dapat diperpanjang karena adanya aturan yang mewajibkan dosen PNS kembali ke kampus induk. Hal ini menjadi pengingat bahwa kepemimpinan di Politeknik Aceh harus berjalan sesuai regulasi sekaligus memberi ruang bagi regenerasi.

Dua nama yang telah diajukan kepada Wali Kota Banda Aceh dan Yayasan Politeknik Aceh kini bukan hanya sekadar calon, melainkan simbol harapan. Harapan akan hadirnya pemimpin yang tidak hanya mengelola, tetapi juga memimpin dengan visi besar: menjadikan Politeknik Aceh sebagai institusi vokasi unggul yang melahirkan lulusan kompeten, adaptif, dan berdaya saing global.

Menyiapkan pemimpin visioner bukan hanya tugas Senat atau Yayasan, melainkan tanggung jawab seluruh sivitas akademika. Kita perlu terus mengawal, memberi masukan, dan memastikan bahwa kepemimpinan yang lahir benar-benar berpihak pada mutu pendidikan dan masa depan mahasiswa.

Periode 2025–2029 akan menjadi babak baru bagi Politeknik Aceh. Dengan calon direktur yang telah ditetapkan, mari kita jadikan momentum ini sebagai titik tolak untuk memperkuat tata kelola, meningkatkan kualitas pembelajaran, dan memperluas jejaring kerja sama. Pada akhirnya, keberhasilan Politeknik Aceh tidak hanya diukur dari siapa yang memimpin, tetapi dari sejauh mana kita bersama-sama mewujudkan visi yang telah dicanangkan.